Selasa, 22 Mei 2012

Ruang Pamer di Kantor Kemenkumham Ternyata Didesain Ariel


Bandung - Ruang pamer karya warga binaan di Kantor Kemenkumham Jabar ternyata sebagian besar merupakan andil Nazriel Irham alias Ariel. Vokalis eks Peterpan itu mendesaian ruangan dan tata letak dari barang-barang karya para narapidana.

"Kita memang minta tolong Ariel untuk desain dan tata letak ruang pamer ini," kata Kakanwil Kemenkumham Jabar Nasir Almi di Kantor Kemenkumham Jabar, Jalan Jakarta, Selasa (22/5/2012).

Ia sengaja meminta bantuan Ariel untuk mendesain ruangan dan tata letak barang-barang. Sebab Ariel punya keahlian di bidang arsitektur. Apalagi saat ini Ariel bekerja di salah satu perusahaan bidang arsitektur.

"Makanya peran Ariel sangat besar sekali untuk ruang pamer ini," tuturnya.

Sementara itu, peran Ariel dalam mendesain ruang pamer itu tidak mengganggu proses asimilasinya, termasuk rencana ia dibebaskan pada Juli mendatang.

"Juli insya Allah dia selesai asimilasinya dan bebas bersyarat," ucap Nasir.

Ruang pamer itu berisi sekitar 200 karya para warga binaan. Diresmikan beberapa waktu lalu, barang-barang di sana rencananya bakal diberi sertifikat hak cipta oleh HAKI. Namun hanya karya yang dinilai layak yang bakal mendapat sertifikat. Pemberian sertifikat akan dilakukan secepatnya.
Desain Terinspirasi Teralis Kamar Tahanan
Tidak hanya lagu yang tercipta dari tangan Nazril Irham alias Ariel Peterpan selama mendekam di balik jeruji besi. Dia juga menghasilkan ruang pamer karya para napi di Kanwil Kemenkum dan HAM Jawa Barat.

SEKARING RATRI, Bandung

Ruang berukuran 15 x 20 meter itu diberi nama ruang pamer karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Sesuai dengan namanya, ruang tersebut khusus digunakan untuk memamerkan puluhan kerajinan tangan buatan para narapidana di 23 lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan negara (rutan) se-Jawa Barat. Tapi, ada pula beberapa kerajinan karya napi lapas dan rutan dari luar Jawa.

"Mereka titip di sini karena tidak mempunyai ruang pamer sendiri. Di antaranya dari Lampung," jelas Kabid Keamanan dan Pembinaan Kanwil Jawa Barat Iwan Pramono di Gedung Ruang Pamer Kanwil Kemenkum dan HAM Jabar, Jumat lalu (4/5). Hari itu ruang pamer tersebut diresmikan Menkum dan HAM Amir Syamsuddin.

Hasil karya para napi beraneka ragam. Di antaranya lukisan kaligrafi, pernak-pernik aksesori, hingga perabot rumah tangga seperti meja-kursi dari rotan dan kayu. Ada juga miniatur sepeda, kapal, hingga lampu hias. Berbagai sandal, sepatu, dan tas kulit juga menghiasi showroom tersebut. Bahkan, ada spring bed dan akuarium. Harga barang-barang itu cukup murah bila dibandingkan dengan harga di pasaran. Namun, jika ingin membelinya, seseorang harus pesan dahulu. Sekalipun hanya berupa bros kecil berbahan tanah liat seharga Rp 10 ribu.

"Saya harus menghubungi dulu pihak lapas yang bikin barang, nanti baru bisa dibeli. Mereka bisa langsung memesan ke lapas terkait," kata Iwan.

Kualitas karya para napi tersebut tidak kalah dengan kerajinan tangan di pasaran. Bahkan, banyak yang sudah diekspor. Salah satunya kerajinan meja kursi rotan yang telah diekspor ke Hongkong dan Singapura.

Dalam penataannya, setiap barang diatur sesuai dengan jenisnya. Misalnya, miniatur kapal disatukan dengan barang sejenis. Kerajinan tersebut diletakkan di atas meja berongga berwarna hitam yang bentuknya mirip teralis ruang tahanan.

Rak dan meja berupa teralis besi itulah yang membuat desain ruang pamer berbeda dengan yang lain. Dan, itulah salah satu karya Ariel Peterpan bersama teman-temannya selama menjalani masa hukuman 3 tahun 6 bulan di Rutan Kebonwaru, Bandung.

Seperti diketahui, Ariel menjalani masa asimilasi dengan bekerja di PT G Art. Bidang pekerjaan tersebut sesuai dengan jurusan yang diambilnya saat kuliah di Universitas Parahyangan, yakni arsitektur. Musikus 30 tahun tersebut banyak menekuni pekerjaan desain interior.

"Kami satu tim bekerja di perusahaan (PT G Art). Kami diminta membikin desainnya. Jadi, saya bagian dari tim itu," jelas Ariel saat ditemui di Rutan Kebonwaru.

Penggunaan teralis besi sebagai rak adalah ide tim Ariel. Menurut dia, timnya ingin desain ruang tersebut memiliki ciri khas ruang penjara. Karena itu, dipilihlah konsep Wiremess dengan menggunakan teralis besi berongga sebagai meja dan rak dalam ruang pamer.

"Pinginnya memang ada ciri khas penjaranya. Sama kayak ada pameran Polri, pasti desainnya berhubungan dengan sesuatu yang khas dengan aktivitas Polri," jelas Ariel yang kala itu mengenakan kemeja kotak-kotak bernuansa merah dan biru.

Teralis besi yang digunakan bukan barang baru. Teralis besi tersebut diambil dari pagar penghalang di dalam rutan. Mereka juga memanfaatkan teralis besi bekas bongkaran.

"Lihat saja tuh pagarnya pada bolong-bolong karena besinya diambil buat ruang pamer ini," katanya.

Untuk mengerjakan konsepnya, Ariel membutuhkan waktu tiga bulan. "Tapi, baru kemarin (3/5) kami atur tata letaknya. Hampir seharian kemarin," ujarnya.

Sayang, Ariel tidak bisa menjelaskan lebih lanjut soal desain ruang pamer karya napi itu. Sebab, dia harus segera kembali ke sel. "Sorry ya, aku harus buru-buru kabur nih (kembali ke sel, Red)," imbuhnya lantas bergegas pergi.

Keterangan Ariel tersebut dibenarkan Iwan Pramono. Ide dan persiapan untuk membuat ruang pamer dilakukan sejak tahun lalu. Namun, baru sekarang terwujud. Saat pengerjaan, Ariel yang kebetulan menjalani program asimilasi di PT G Art menawarkan diri untuk membuat desain interiornya.

"Dia (Ariel) dan kawan-kawan kan lebih paham seni dan punya keahlian interior. Ya, kami terima bantuan mereka. Tapi, konsep awalnya tetap dari kami," ujarnya.

Menurut Iwan, Ariel berupaya maksimal dalam mengerjakan desain ruang pamer tersebut. Saat pengerjaan terakhir, Ariel terlibat penuh mulai siang sampai malam. Bahkan, paginya, Ariel masih terlihat beres-beres di ruang pamer.

Kalapas Sukamiskin Dewa Putu Gede mengaku salut atas keseriusan Ariel dalam bekerja. Dewa sempat bercanda dengan penyanyi yang tersandung kasus video porno tersebut.

Tidak lama lagi ruang pamer tersebut dibuka untuk umum. Hanya, untuk masuk ke ruang itu pengunjung perlu mendaftar ke Kanwil Depkum dan HAM lebih dahulu.

"Kami tidak melayani kunjungan perorangan. Jadi, ya rombongan karena tidak ada penjaga khusus di ruang pamer itu," jelas Iwan.

Saat upacara peresmian ruang pamer, Ariel mendapat perhatian khusus dari Menkum dan HAM Amir Syamsuddin. Dia diberi tempat duduk di samping Amir. Keduanya berbincang akrab mengenai beberapa hal, khususnya tentang masa hukuman Ariel yang sebentar lagi habis.

Dalam acara itu Ariel diminta menghibur para undangan serta kawan-kawannya sesama penghuni rutan. Dia membawakan lagu yang diciptakannya di dalam penjara, Dara.

"Lagu ini saya bikin di sini, seminggu setelah kepindahan saya ke sini. Lagu ini terinspirasi dari pengalaman yang saya dapati dan saya amati dari teman-teman di sini. Mudah-mudahan bisa mewakili perasaan teman-teman semuanya," ucapnya sebelum bernyanyi.

Menkum dan HAM Amir Syamsuddin tampaknya tak mau kalah. Dia juga tampil di panggung dengan membawakan lagu Fatwa Pujangga. Sebelum melantunkan lagu, Amir sempat memuji Ariel.

"Kita baru saja mendengarkan satu lagu dari penyanyi yang banyak sekali penggemarnya. Karena itu, saya juga ikut menyumbangkan suara saya. Tapi, saya khawatir orang-orang bergidik mendengarnya," ujarnya lantas tersenyum.

Begitu selesai tampil, Ariel buru-buru masuk sel lagi. Namun, dia sempat dicegat rombongan ibu-ibu Dharma Wanita Depkum dan HAM. Meski berstatus narapidana, Ariel ternyata belum kehilangan pesona. Terbukti, ibu-ibu tersebut tidak henti meminta foto bareng dia.

"Sebelum acara tadi Ariel sempat kami sembunyikan karena khawatir perhatian ibu-ibu justru ke Ariel, bukan ke Pak Menteri," tandas seorang staf rutan yang minta dirahasiakan identitasnya. (*/c2/ari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar