Bandung -
Ruang pamer karya warga binaan di Kantor Kemenkumham Jabar ternyata
sebagian besar merupakan andil Nazriel Irham alias Ariel. Vokalis eks
Peterpan itu mendesaian ruangan dan tata letak dari barang-barang karya
para narapidana.
"Kita memang minta tolong Ariel untuk desain dan
tata letak ruang pamer ini," kata Kakanwil Kemenkumham Jabar Nasir Almi
di Kantor Kemenkumham Jabar, Jalan Jakarta, Selasa (22/5/2012).
Ia
sengaja meminta bantuan Ariel untuk mendesain ruangan dan tata letak
barang-barang. Sebab Ariel punya keahlian di bidang arsitektur. Apalagi
saat ini Ariel bekerja di salah satu perusahaan bidang arsitektur.
"Makanya peran Ariel sangat besar sekali untuk ruang pamer ini," tuturnya.
Sementara
itu, peran Ariel dalam mendesain ruang pamer itu tidak mengganggu
proses asimilasinya, termasuk rencana ia dibebaskan pada Juli mendatang.
"Juli insya Allah dia selesai asimilasinya dan bebas bersyarat," ucap Nasir.
Ruang
pamer itu berisi sekitar 200 karya para warga binaan. Diresmikan
beberapa waktu lalu, barang-barang di sana rencananya bakal diberi
sertifikat hak cipta oleh HAKI. Namun hanya karya yang dinilai layak
yang bakal mendapat sertifikat. Pemberian sertifikat akan dilakukan
secepatnya.
Desain Terinspirasi Teralis Kamar Tahanan
Tidak hanya lagu yang tercipta dari tangan Nazril
Irham alias Ariel Peterpan selama mendekam di balik jeruji besi. Dia
juga menghasilkan ruang pamer karya para napi di Kanwil Kemenkum dan HAM
Jawa Barat.
SEKARING RATRI, Bandung
Ruang berukuran 15 x 20 meter itu diberi nama ruang pamer karya Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP). Sesuai dengan namanya, ruang tersebut
khusus digunakan untuk memamerkan puluhan kerajinan tangan buatan para
narapidana di 23 lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan negara
(rutan) se-Jawa Barat. Tapi, ada pula beberapa kerajinan karya napi
lapas dan rutan dari luar Jawa.
"Mereka titip di sini karena tidak mempunyai ruang pamer sendiri. Di
antaranya dari Lampung," jelas Kabid Keamanan dan Pembinaan Kanwil Jawa
Barat Iwan Pramono di Gedung Ruang Pamer Kanwil Kemenkum dan HAM Jabar,
Jumat lalu (4/5). Hari itu ruang pamer tersebut diresmikan Menkum dan
HAM Amir Syamsuddin.
Hasil karya para napi beraneka ragam. Di antaranya lukisan kaligrafi,
pernak-pernik aksesori, hingga perabot rumah tangga seperti meja-kursi
dari rotan dan kayu. Ada juga miniatur sepeda, kapal, hingga lampu hias.
Berbagai sandal, sepatu, dan tas kulit juga menghiasi showroom
tersebut. Bahkan, ada spring bed dan akuarium. Harga barang-barang itu
cukup murah bila dibandingkan dengan harga di pasaran. Namun, jika ingin
membelinya, seseorang harus pesan dahulu. Sekalipun hanya berupa bros
kecil berbahan tanah liat seharga Rp 10 ribu.
"Saya harus menghubungi dulu pihak lapas yang bikin barang, nanti baru
bisa dibeli. Mereka bisa langsung memesan ke lapas terkait," kata Iwan.
Kualitas karya para napi tersebut tidak kalah dengan kerajinan tangan di
pasaran. Bahkan, banyak yang sudah diekspor. Salah satunya kerajinan
meja kursi rotan yang telah diekspor ke Hongkong dan Singapura.
Dalam penataannya, setiap barang diatur sesuai dengan jenisnya.
Misalnya, miniatur kapal disatukan dengan barang sejenis. Kerajinan
tersebut diletakkan di atas meja berongga berwarna hitam yang bentuknya
mirip teralis ruang tahanan.
Rak dan meja berupa teralis besi itulah yang membuat desain ruang pamer
berbeda dengan yang lain. Dan, itulah salah satu karya Ariel Peterpan
bersama teman-temannya selama menjalani masa hukuman 3 tahun 6 bulan di
Rutan Kebonwaru, Bandung.
Seperti diketahui, Ariel menjalani masa asimilasi dengan bekerja di PT G
Art. Bidang pekerjaan tersebut sesuai dengan jurusan yang diambilnya
saat kuliah di Universitas Parahyangan, yakni arsitektur. Musikus 30
tahun tersebut banyak menekuni pekerjaan desain interior.
"Kami satu tim bekerja di perusahaan (PT G Art). Kami diminta membikin
desainnya. Jadi, saya bagian dari tim itu," jelas Ariel saat ditemui di
Rutan Kebonwaru.
Penggunaan teralis besi sebagai rak adalah ide tim Ariel. Menurut dia,
timnya ingin desain ruang tersebut memiliki ciri khas ruang penjara.
Karena itu, dipilihlah konsep Wiremess dengan menggunakan teralis besi
berongga sebagai meja dan rak dalam ruang pamer.
"Pinginnya memang ada ciri khas penjaranya. Sama kayak ada pameran
Polri, pasti desainnya berhubungan dengan sesuatu yang khas dengan
aktivitas Polri," jelas Ariel yang kala itu mengenakan kemeja
kotak-kotak bernuansa merah dan biru.
Teralis besi yang digunakan bukan barang baru. Teralis besi tersebut
diambil dari pagar penghalang di dalam rutan. Mereka juga memanfaatkan
teralis besi bekas bongkaran.
"Lihat saja tuh pagarnya pada bolong-bolong karena besinya diambil buat ruang pamer ini," katanya.
Untuk mengerjakan konsepnya, Ariel membutuhkan waktu tiga bulan. "Tapi,
baru kemarin (3/5) kami atur tata letaknya. Hampir seharian kemarin,"
ujarnya.
Sayang, Ariel tidak bisa menjelaskan lebih lanjut soal desain ruang
pamer karya napi itu. Sebab, dia harus segera kembali ke sel. "Sorry ya,
aku harus buru-buru kabur nih (kembali ke sel, Red)," imbuhnya lantas
bergegas pergi.
Keterangan Ariel tersebut dibenarkan Iwan Pramono. Ide dan persiapan
untuk membuat ruang pamer dilakukan sejak tahun lalu. Namun, baru
sekarang terwujud. Saat pengerjaan, Ariel yang kebetulan menjalani
program asimilasi di PT G Art menawarkan diri untuk membuat desain
interiornya.
"Dia (Ariel) dan kawan-kawan kan lebih paham seni dan punya keahlian
interior. Ya, kami terima bantuan mereka. Tapi, konsep awalnya tetap
dari kami," ujarnya.
Menurut Iwan, Ariel berupaya maksimal dalam mengerjakan desain ruang
pamer tersebut. Saat pengerjaan terakhir, Ariel terlibat penuh mulai
siang sampai malam. Bahkan, paginya, Ariel masih terlihat beres-beres di
ruang pamer.
Kalapas Sukamiskin Dewa Putu Gede mengaku salut atas keseriusan Ariel
dalam bekerja. Dewa sempat bercanda dengan penyanyi yang tersandung
kasus video porno tersebut.
Tidak lama lagi ruang pamer tersebut dibuka untuk umum. Hanya, untuk
masuk ke ruang itu pengunjung perlu mendaftar ke Kanwil Depkum dan HAM
lebih dahulu.
"Kami tidak melayani kunjungan perorangan. Jadi, ya rombongan karena tidak ada penjaga khusus di ruang pamer itu," jelas Iwan.
Saat upacara peresmian ruang pamer, Ariel mendapat perhatian khusus dari
Menkum dan HAM Amir Syamsuddin. Dia diberi tempat duduk di samping
Amir. Keduanya berbincang akrab mengenai beberapa hal, khususnya tentang
masa hukuman Ariel yang sebentar lagi habis.
Dalam acara itu Ariel diminta menghibur para undangan serta
kawan-kawannya sesama penghuni rutan. Dia membawakan lagu yang
diciptakannya di dalam penjara, Dara.
"Lagu ini saya bikin di sini, seminggu setelah kepindahan saya ke sini.
Lagu ini terinspirasi dari pengalaman yang saya dapati dan saya amati
dari teman-teman di sini. Mudah-mudahan bisa mewakili perasaan
teman-teman semuanya," ucapnya sebelum bernyanyi.
Menkum dan HAM Amir Syamsuddin tampaknya tak mau kalah. Dia juga tampil
di panggung dengan membawakan lagu Fatwa Pujangga. Sebelum melantunkan
lagu, Amir sempat memuji Ariel.
"Kita baru saja mendengarkan satu lagu dari penyanyi yang banyak sekali
penggemarnya. Karena itu, saya juga ikut menyumbangkan suara saya. Tapi,
saya khawatir orang-orang bergidik mendengarnya," ujarnya lantas
tersenyum.
Begitu selesai tampil, Ariel buru-buru masuk sel lagi. Namun, dia sempat
dicegat rombongan ibu-ibu Dharma Wanita Depkum dan HAM. Meski berstatus
narapidana, Ariel ternyata belum kehilangan pesona. Terbukti, ibu-ibu
tersebut tidak henti meminta foto bareng dia.
"Sebelum acara tadi Ariel sempat kami sembunyikan karena khawatir
perhatian ibu-ibu justru ke Ariel, bukan ke Pak Menteri," tandas seorang
staf rutan yang minta dirahasiakan identitasnya.
(*/c2/ari)