Selasa, 24 April 2012

Sigi Sudah Rampung, Luna Masih Syuting


JAKARTA - Proyek film yang digawangi tiga sutradara perempuan, Luna Maya, Sigi Wimala, dan Ilya Sigma yang bertajuk Pintu Harmonika diperkirakan rampung sebelum akhir tahun ini. Saat ini, mereka disibukkan dengan proses produksi film berjenis omnibus tersebut. Kemarin (22/4) tiga sutradara perempuan itu mengunjungi lokasi syuting di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara.


"Kami kemari untuk ngunjungi Luna yang lagi syuting. Aku sudah empat hari syuting, udah beres. Kalau Anggi (sapaan akrab Ilya Sigma, Red.) kurang dua hari," jelas Sigi yang didampingi Anggi di lokasi syuting kemarin.

Menurut Sigi, saat mengintip Luna yang sedang bekerja, rekannya tersebut sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Tidak heran. Sebab, ini bukan yang pertama bagi Luna menyutradarai sebuah film. "Dia sudah punya pengalaman sutradara. Semuanya lancar dan menyenangkan," jelas sutradara 28 tahun itu.

Seperti Luna, Sigi pun menikmati jalannya syuting. Menurut dia, membuat film itu menyenangkan. Jadi, proses pembuatannya pun harus dibikin senyaman mungkin. "Kami bikin film bukan semata-mata pengen eksis. Karena kami seneng, prosesnya ya harus dibuat menyenangkan," kata dia.

Hal senada disampaikan Anggi. Baginya, membuat film terasa fun. Sebab, dari situ sutradara 29 tahun itu bisa mengekspresikan apa yang dia suka. "Selain itu, ada kesenangan tersendiri saat berhubungan dan bekerja dengan orang-orang yang kompeten di bidangnya. Ini kayak impian banget," ujarnya.

Pernyataan yang tidak berbeda disampaikan Luna. Dia menuturkan, dalam membuat film, memang dibutuhkan kerja keras. Apalagi, filmnya kali ini bakal ditayangkan di bioskop-bioskop tanah air.  "Capek pastinya. Sampai enggak tidur, harus datang lebih pagi dari pemainnya dan cek semua harus perfect. Ini film bioskop, jadi harus perfect banget. Tapi tetap senang, apalagi kami sudah saling kenal dengan kru dan teman-teman yang lain. Rasanya bangga juga bisa bikin film," tuturnya saat diwawancarai terpisah kemarin.

Sementara itu, lokasi syuting film tersebut sebagian besar di tiga ruko yang letaknya berderet. Film yang terdiri atas tiga film pendek tersebut memang mengisahkan tiga keluarga yang hidup bertetangga.

"Ini ada tiga kisah keluarga. Film aku judulnya Piano, filmnya Luna judulnya Skors. Kemudian, filmnya Anggi berjudul Otot. Masing-masing dari kami punya kisah keluarga dan mereka bertetangga," jelas Sigi.

Ketika ditanya lebih lanjut tentang jalan cerita setiap film, Sigi menuturkan, film besutannya berkisah tentang seorang anak berusia 11 tahun yang berusaha menyelamatkan ibunya yang depresi. "Genre filmnya memang drama thriller gitu. Meski tokoh utamanya anak-anak, konfliknya lebih dark," jelas dia.

Sementara itu, film milik Luna berkisah tentang remaja 13 tahun yang diskors dari sekolah. Genre film besutan Luna adalah drama. Film tersebut kontras dengan film yang disutradarai Anggi. Film berjudul Otot itu bergenre komedi romantis. Kisahnya sendiri tentang seorang remaja 17 tahun yang tengah jatuh cinta. "Jadi, si cowok ABG ini pengen nggedein tubuhnya supaya berotot," kata Anggi.

Sigi memaparkan, meski film berjenis omnibus tengah marak di tanah air dan di luar negeri, dia yakin Pintu Harmonika bisa diterima masyarakat. Dia menuturkan, film tersebut agak berbeda dengan omnibus yang lain. Setidaknya, ada tiga tema dan genre yang diusung dalam film tersebut.

"Ini ada tiga genre yang beda. Ini film keluarga yang bisa dinikmati orang tua dan anak. Look-nya dan temanya beda daripada film keluarga umumnya. Karena itu, kami yakin film ini bisa diterima dengan baik," imbuh dia. (ken/c14/tia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar