Kamis, 15 Desember 2011

“SAYA TAK INGIN BARADA DI TEMPAT YANG SMA”

Hampir 9 bulan berada di’lorong’ yang sunyi, belakangan ini Luna Maya, mulai kembali terlihat kembali di depan kamera sebagai intertainer. Public tidak tau ia melakukannya dengan kaki dan bibir gemetar. Badai itu memang masih miliknya. Masih banyak pro dan kontra atas kehadirannya kembali di dunia hiburan. Belum lagi, kasus hukum yang menimpa Ariel, kekasihnya, orang yang paling penting dalam hidupnya saat ini, membuatnya tak bisa bernafas lega.
“Hidup seperti roller coaster  sedang saya rasakan. Saya yang sedang dipuja-puja orang, tiba-tiba berubah menjadi pusat kesalahan. Saat itu saya baru menyadari bahwa saya benar-banar sangat terkenal, dan saya sangat menyesal telah mengecewakan bagitu banyak orang”, katanya, datar. Tubuh luna kelihatan kehilangan bobot lumayan banyak, bola matanya yang indah bergerak gelisah. Tapi, berkali2 ia berusaha untuk tersenyum. Apa yang membuatnya kuat???????

INGIN MENGHILANG
Pagi itu femina menikmati sarapan bersama Luna di sebuah restoran di bilangan kemang. Ia muncul dengan dandanan rapi , untuk memenuhi permintaan femina berfoto. Little black dress yang dipakainya menbuatnya kelihatan lebih langsing. Rambutnya dibiarkan sangat panjang, hanya ditata sendiri bergelombang tak beraturan dengan rol panas. Ia terlihat segar karena blush on dan ulasan mascara menghias wajahnya yang biasanya tamapak suram saat terekam kamera TV, menghadiri siding ariel.
Tak mudak membuat janji wawancara dengannya. Mudah dimengerti, posisisnya pada saat sekarang ini memang tidak menguntungkan. Selama ini ia merasa menjadi bulan-bulanan media massa. Ia bahkan mengatakan, untuk sementara waktu tak akan bicara didepan kamera infotainment. “Sebab,apa saja yang saya ucapkan akan salah,”ungkapnya getir.
Luna datang didampingi manajernya, Vita Rinaldi, seorang asisten pribadi, dan tiga rekan bisnisnya. Asistennya menyodorkan anting-anting untuk dipakainya. Juga bedak untuk merapikan maku up sebelum difoto. Selesai  sesi foto Luna memesan makan paginya.
Sambil menikmati sarapannnya, gadis kelahiran Bali, 26 Agustus 1983 itu lalu bercerita tentang 10 hari pertama setelah video menghebohkan itu beredar. Menurutnya itulah menjadi saat-saat terberat dalam hidupnya. Saat itu ia memang masih muncul di TV, seperti biasa, namun sebenarnya hatinya porak-poranda. Saat itu Ariel masih disisinya. Tak bertengkarkah Luna dengan Ariel soal video?. Atau tak cemburukah Luna?.Saya shoked, tapi saya tak sempat cemburu,karena persoalan yang lebih penting datang:Ariel harus menerima panggilan hokum. Saya diposisi harus menguatkan dia,”ungkapnya terus terang.
Tak lam asetelah itu Ariel’dikurung’ungkapnya. Mulailah hari-hari suramnya. Berbagai komentar datanfg, yang diibaratkannya bagai lemparan batu. Kenyataan demi kenyataan makin membuatnya berada dititik nol. Orang yang biasanya dekat, mulai menjauh. Disambung kontrak kerja yang diputus satu demi satu. “Rasanya sakit sekali, seperti diputuskan pacar secara sepihak. Tetapi, saya tidak bisa bilang tidak mau, karena itu hak orang. Meskipun, hati saya berteriak,’It’s unfair!’. Selama ini kami seperti keluarga, dan kasus itu telah membuat saya seolah dibuang,”tuturnya.
Di masa itu, yang berlangsung berbulan-bulan, luna tak berani keluar rumah. Ia hanya mengurung diri di kamar. Ia menangis dan menangis. Hatinya gundah luar biasa. Tak ada makanan yang bisa masuk ke mulutnya. Kalaupun berhasil, hanya sepotong kue atau beberapa sendok nasiuntuk seharian. Jangankan jus atau susu, air putih pun susah melewati kerongkongannya, akhirnya ia memutuskan untuk puasa saja. “Ketika berbuka, saya hanya bisa minum the manis hangat dan roti,” ujarnya. Ia pun menjadi susah tidur.
“Begitu banyak orang yang berkomentar, berspekulasi, menghina, maencaci, atau pura-pura simpati. Begitu banyak orang yang marah, membuat saya ingin menghilang saja dari dunia ini. Meskipun, saat itu saya sudah seolah mati, dan berada dineraka. Padahal, konsep saya tentang kematian sebelumnya tidak begitu. Kematian tidak menyeramkan. Tapi, saat itu, itulah yang saya rasakan. Seperti di neraka,”kata Luna, pahit. Kalimat-kalimat panjang itu keluar dari mulutnya seolah-olah ia memuntahkan kegelisahannya selama ini. Luna menuturkan, ia ingin menghilang, karena tahu dengan begitu semua orang akan hidup lebih damai tanpanya.
Meski begitu, Luna memilih tak memperlihatkan kesedihannya di depan public. Itu bukan dirinya. “Saya tak mau menunjukkan ‘drama’ kondisi saya didepan khalayak, dan meminta simpati orang lain,”tegasnya.
Berbulan-bulan ia melewati kondisi itu, samapai tiba saatnya ia harus memberhentikan salah satu sopir dan asistennya, karena tak lagi memiliki kegiatan. Ia juga mengaku menjual property yang dibelinya bersama Ariel, dan uangnya dijadikan pegangan.
“Saat itu saya menyesal, selam ini saya hidup tak seimbang.
Saya tak menghargai hidup. Saya hanya bangun pagi untuk kerja dan kerja. Saya tak punya waktu untuk keluarga, teman, bahkan untuk diri sendiri.”tuturnya jujur.
Kegelisahannya diadukan pada Yang Maha Hidup dengan sholat. Dalam doanya ia panjatkan rasa syukur, karena selama 10 tahun ia diberi waktu menikmati semua berkah. Ia mengaku ikhalas ketika semuanya berhenti. Ia yakin, ada sesuatu yang lebih baik menantinya. Maka, ia bertekad, tak mau kalah dengan semua ini. Ia memilih bangkit walaipun pelan-pelan. Terus menangis, disadarinya tak akan membuat langkahnya kemana-mana.
“IA INGIN MENGHILANG ,KARENA TAHU DENGAN BEGITU SEMUA ORANG AKAN HIDUP LEBIH DAMAI TANPAMY”  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar