Sabtu, 17 Desember 2011

INGIN KESEMPATAN KEDUA

INGIN KESEMPATAN KEDUA
Waktu terus bergulir. Topic tentang dirinya masih saja menjadi perbincangan public. Namun, teman-temanya terus mengajaknya ke luar rumah. Sampai suatu hari, Luna berani. Sebagai penggila Film, Luna lebih memilih nonton film di mal yang tidak terkenal. Meski begitu ,ia mengaku tetap memakai jaket, topi, dan berjalan menunduk. Ia menyembunyikan wajahnya sedemikian rupa.
“Kalau ada yang mengenali, saya tahu, mereka melihat saya dengan berbagai rasa. Saya tidak sanggup menatap mata mereka,”Katanya jujur.
Dimasa-masa pemulihan ini, Sahabat-sahabatnya dari Bali bergantian menemani. Manajernya tak pernah meninggalkannya. Bundanya tak henti memberikan semangat. “Cepat atau lambat, kamu harus hadap ini semua, kamu harus sanggup,”kata ibunya. Hati Luna menguat.
Hingga dua bulan, tawaran untuk muncul di TV, kembali datang. Ia menanggapinya dengan persaan campur aduk. Antara tidak percaya, senang, dan bersyukur. Namun, ia bukan lagi Luna yang dulu, yang spontan dan banyak bercanda.”Saya sekarang sangat berhati-hati melemparkan joke, atau komentar. Saya benar-benar tak boleh membuat kesalahan lagi,”katanya.
Di depan kamera yang dulu menjadi bahagian dari kehidupannya, ia justry gemetar. Ia mengaku, panggung itu tak lagi sama. Ia sulit menikmatinxa. Wanita bernata indah itu mengatakan, sungguh butuh keberanian yang besar untuk dirinya kembali ke depan khalayak. Namun, ia bertekad untuk bisa, karena bagaimana pun ini adalah dunianya.
Tawaran sinetron stripping pun datang. Tawaran itu diterima, karena dirasakannya lebih mudah bekerja untuk memerankan orang lain.
Ia seperti datang menyusun langkah memulai kesempatan kedua. Ia kembali berkosentrasi pada clothing line miliknya, ia sudah membuka 11 outlet. Juga mengurus sebuah restoran miliknya di Jakarta. Luna bersyukur, ketika dulu uang begitu mudah didapat, ia royal berinvestasi di bidang bisnis. Meski berkali-kali gagal, tak jera. Baginya, penglaman itu mahal, sementra uang bisa dicari lagi. Satu lagi yang kini menjadi semangatnya, membuat film layar lebar 100 menit bergandre suspense. Bersama beberapa rekan, Luna ikut menyumbang dana sebagai produser, sekaligus menjadi sutradara bersama Lukman sardi, sahabatnya. “Ini proyek impian saya. Saya tahu benar membuat film ada dua pilihan:film komersial atau fil kelas festival yang berkualitas. Saya memilih yang kedua,”lanjut luna.
Ditanyakan apa yang paling ditakuti pada saat ini, Luna terdiam cukup lam. Ia seolah mencari kata-kata yang paling tepat untuk menggambarkan isi hatinya. “Terdengar sombong, kalau saya mengatakan saya tak takut apa-apa. Tapi, cobaan 9 bulan ini membuat saya kebal. Semua yang harus terjadi tetap harus saya jalani. Saya harus menjalani apapun. Sebab, saya tahu, semua ini akan berlalu juga,”katanya, mencoba bijak.
Lalu apa komentarnya tentang suara-suara di luar yang berspekulasi bahwa Luna sedang berusaha merangkak naik ke posisinya semual?.”Memang ini suatu tantangan untuk bisa kembali ke posisi itu. Tapi tanpa, gegabah, saya berani berkata , andai saya boleh memilih, saya tak ingin berada di temapat semula. Angin sangat besar. Popularitas itu menjadi menakutkan, menuntut bayaran mahal. Saya harus menyenangkan semua orang, dan tak boleh salah,”katanya.
Ia mengaku lebih bahagia sekarang. Kerja tak terlalu berat dan punya banyak waktu untuk dihabiskan bersama keluarga dan sahabat. Luna bertekad mengubah alur hidupnya , selesai satu pekerjaan, ia akan berlibur. Tak akan lagi ada kontrak kerja sambung-menyambung. Ia ingin hidupnya seimbang. Dengan begitu, ia merasa telah menghargai hidup yang telah diberikan padanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar